ANDIKA
Blog Dika untuk Belajar

Spiderman-3

Oleh Arie Novarina

Jakarta (ANTARA News) – Dengan pemasukan sebesar 1,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau saat ini sekira Rp14,4 triliun dari dua film sebelumnya, film ketiga tokoh Marvel Comics, Spiderman, mendapat tekanan besar untuk menuai sukses yang setidak-tidaknya sama.

Oleh sebab itu, pembuatan film “Spiderman 3” dikabarkan digenjot hingga menelan biaya 250 juta dolar AS (sekira Rp 2,275 triliun), jumlah yang terhitung sangat besar, bahkan untuk ukuran Hollywood sekalipun.

Biaya sebesar itu digunakan untuk menciptakan efek khusus yang mengesankan dari manusia laba-laba yang berayun dari satu gedung ke gedung lain di kota New York, AS.

Dari segi cerita, sutradara Sam Raimi dan saudaranya, Ivan Raimi, yang menulis “screenplay” bersama Alvin Sargent mencoba untuk menampilkan sisi gelap dari Spiderman di kisahnya yang ketiga itu.

Suatu malam ketika Spiderman atau Peter Parker (diperankan Tobey Maguire) sedang bersantai di “sarang laba-laba” di atap gedung bersama pacarnya, Mary Jane Watson (Kirsten Dunst), ada satu meteor jatuh ke bumi membawa serta makhluk hidup yang bersifat parasit.

Makhluk tak berbentuk berwarna hitam itu mengeluarkan sifat agresif dari seseorang, termasuk Spiderman, yang dirasuki makhluk itu ketika sedang tidur.

Maka, Peter alias Spiderman kemudian berubah menjadi agresif dan percaya diri, bahkan cenderung jahat dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi, termasuk sembuhnya Harry Osborn (James Franco), sahabat Peter dan sekaligus anak dari musuh besarnya, Green Goblin, yang telah meninggal.

Harry (diakhir film Spiderman 2) mengetahui identitas Spiderman sebenarnya, dan sejak saat itu bertekad untuk menuntut balas kepada Spiderman yang diduga telah membunuh ayahnya.

Selain Harry, Peter juga harus menghadapi Erick Brock (Topher Grace) fotografer “freelance” yang mengincar pekerjaannya di harian The Bulge.

Spiderman juga harus melindungi kota New York dari serbuan penjahat Sand Man (Manusia Pasir), Flint Marko (Thomas Haden Church), yang dapat berubah bentuk menjadi raksasa, seperti Hulk dari pasir, tapi kuat dan tidak dapat dihancurkan lantaran dapat kembali membentuk dirinya.

Dan, seakan-akan komplikasi itu tidak cukup, sang jagoan Spiderman juga harus menghadapi masalah yang timbul dari hubungan cintanya, ketika karir Mary Jane sebagai pemain teater hancur dan membutuhkan perhatian Peter Parker maupun sosoknya sebagai Spiderman.

Sementara itu, Spiderman yang sedang dirasuki mahkluk angkasa luar yang membuatnya jadi agresif serta kesibukannya mengejar Sand Man, yang ternyata membunuh pamannya Ben (Cliff Robertson), membuatnya tidak punya waktu untuk Mary Jane yang sedang merajuk mencari perhatian.

Sisi gelap sang Spiderman itu ditampilkan dengan berubahnya kostum laba-laba merah biru menjadi hitam setelah makhluk dari angkasa luar itu merasukinya.

Ragam peristiwa yang mengelilingi Spiderman itu mungkin terlihat berlebihan, seakan-akan semua hal di sekeliling Spiderman mencari masalah, namun para penulis naskah berhasil membuatnya saling terkait secara apik dan tidak terlalu mencolok, meskipun memang terlihat klise.

Fokus utama tentu saja kepada efek khusus yang dikerjakan oleh tim dari Sony Pictures Imageworks Inc. di bawah pimpinan Scott Stokdyk, yang pernah memenangkan Piala Oscar bagi kreasinya dibidang efek khusus, dan ia juga yang menangani dua film Spiderman sebelumnya.

Sebagai film ketiga yang biasanya merupakan film terakhir dari sebuah “franchise”, “Spiderman 3” memberikan apa yang seharusnya ditawarkan oleh film penutup, yakni kesimpulan dari berbagai hal yang menjadi pertanyaan dari film-film sebelumnya.

Dalam kasus ini, misalnya, dijelaskan mengenai pembunuhan Paman Ben dan tentang musuh pertama Spiderman, Green Goblin, yang diwakili oleh balas dendam sang anak, Harry, yang merupakan teman dekat Peter Parker.

Rumor yang beredar di Hollywood menyebutkan bahwa “Spiderman 3” mungkin merupakan film terakhir tentang manusia laba-laba yang akan dibuat, namun pihak Sony Pictures belum memberikan penegasan mengenai hal tersebut.

Ada juga anggapan bahwa “Spiderman 3” adalah film terakhir yang digarap oleh Sutradara Sam Raimi dan bintang-bintangnya, Tobey Maguire dan Kirsten Dunst, yang menyebabkan Dunst sempat mengingatkan bahwa “tanpa dirinya dan Maguire, Spiderman bukanlah Spiderman” dalam premier yang dilakukan di Jepang, beberapa waktu lalu.

Terlepas dari segala kabar tentang produksi film tersebut, “Spiderman 3” tetap merupakan film yang patut ditonton, jika bukan lantaran ceritanya, tentu saja karena permainan efek khusus yang jauh lebih baik dari dua film sebelumnya. (*)

Belum Ada Tanggapan to “Spiderman-3”

Tinggalkan komentar